4 Pelajaran Dari Evan Spiegel, CEO Snapchat
|Siapa yang tak tau Snapchat? Sebuah aplikasi yang sedang naik daun satu tahun belakangan ini yang dapat mengabadikan momen dalam 10 detik. Dibalik aplikasi yang menjadi gabungan antara Path, Instagram dan juga aplikasi edit foto, Snapchat dapat menjadi “media curhatan” anak muda mengenai kesehariannya. Nah, dibalik aplikasi tersebut, ada Evan Spiegel yang menjadi CEOnya. Masih muda, namun bisa menciptakan aplikasi yang menjadi mass culture di kalangan remaja kala ini. Yuk kita ambil inspirasi darinya!
1. Seriuskanlah projek sekolah Anda
Evan menciptakan Snapchat berawal dari projek kelasnya yang kemudian ia seriuskan untuk menjadi mobile app yang ia luncurkan ke masyarakat. Meskipun projek kelas terlihat tidak menjanjikan atau hanya untuk main-main saja, percayalah bahwa jika Anda mengembangkan ide dengan serius, bahkan ide gila sekaligus, Anda pasti bisa meraup keuntungan dari hal tersebut. Jangan pernah memandang rendah setiap ide yang muncul dari Anda. Jika dikembangkan, hal tersebut pasti bisa menjadi sebuah inovasi baru.
2. Mulai dari kebiasaan teman sekitar
Menurut Forbes, Spiegel memulai Snapchatnya karena teman-temannya yang berbeda yang membangun pridenya melalui foto-foto di sosial media, mulai dari foto berlibur, pesta dan acara makan malam. Dari kebiasaan teman-temannya tersebut, Spiegel memutar otak untuk mencari keuntungan dari situ. Dimulai dengan mencoba memenuhi kebutuhan orang sekitar, Spiegel sudah tau market utamanya, paling tidak, lingkungan teman-temannya pasti menyukainya.
3. Tak pantang menyerah meski orang menjatuhkan
Awal kali Spiegel mengidekan untuk menciptakan Snapchat, banyak yang berkata bahwa itu merupakan ide yang buruk karena hanya akan dipakai untuk kegiatan negatif, seperti sexting. Namun, Spiegel tidak menggubris pendapat orang-orang yang tidak menyetujui idenya. Bahkan, sekarang ini Snapchat menjadi aplikasi yang sudah pasti dimiliki oleh para remaja hingga dewasa, bukan untuk kegiatan negatif, tapi untuk curhat kesehariannya.
4. Berani mengambil resiko, demi suatu ambisi
Spiegel tadinya merupakan mahasiswa Stanford jurusan desain produk. Mendekati waktu kelulusannya, ia memutuskan untuk keluar dari kuliah dan menyeriusi aplikasi Snapchat yang ia anggap akan memberikan sebuah kesuksesan. Memutuskan untuk berhenti bersekolah merupakan sebuah keputusan yang harus dipertimbangkan dengan matang karena di jaman sekarang ini, pendidikan merupakan pertimbangan penting untuk karir di masa depan. Namun, jika Anda mempunyai sebuah ide dan inovasi yang dianggap mampu membantu mengatasi permasalahan masyarakat atau dibutuhkan khalayak, tak ada salahnya untuk menyereriusi hal tersebut. Salah satu contohnya Spiegel, demi menyukseskan inovasinya, ia rela untuk keluar dari kuliah dan berkomitmen kepada Snapchat.
Pandangan negatif orang terhadap ide gila dan inovasi baru Anda bisa jadi negatif. Tak perlu melemah, pastikan Anda buktikan kepada mereka kehebatan ide Anda dengan kesuksesan di masa depan.